Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 2 Chapter 3 Part 2.1


OL_V02C02P01

3. The Virtuous King of the Forest - Raja Hutan yang Bijaksana

Part 2.1

"Oh…"

Ainz menghela nafas, dan melihat ke arah penduduk dalam kekaguman.

Ada banyak perbedaan. Seluruh penduduk berdiri dalam satu baris.

Pria dan wanita, tua, dan muda, mereka semua ada di sana.

Ada wanita tua berusia sekitar 40 tahunan yang terlihat seperti ibu-ibu. Ada juga pemuda yang usianya terlihat sekitar 10 tahun. Mereka semua terlihat serius, seakan mereka berada di medan petempuran.

Tak ada yang selengehan.

Seorang goblin menggenggam busur, sedang bicara dengan mereka.

Bahkan dengan pendengaran sensitif Ainz, dia tak bisa mendengar apa yang mereka katakan dari kejauhan ini.

Beberapa saat kemudian, para penduduk yang berbaris pelan-pelan itu mengambil busur mereka. Itu adalah busur pendek sederhana. Dan dilihat dari bentuknya, mungkin adalah buatan sendiri.

Setelah menarik busur itu dengan kuat, mereka mengarahkannya kepada orang-orangan sawah di kejauhan.

Goblin itu mengeluarkan perintah, dan para penduduk menembakkannya bersamaan. Busur itu mungkin kelihatannya sederhana. Tapi, lengkungan dari anak panah itu terlihat indah. Semuanya mengenai orang-orangan sawah, tak ada yang meleset.

"Tidak buruk."

Ainz memuji.

"Benarkah?"

Narberal bertanya dengan ragu, berdiri di belakang Ainz.

Dari sudut pandangnya, dia mungkin tak mengerti, mengapa sebuah teknik dengan level serendah itu layak untuk dipuji. Dibandingkan para archer di Great Tomb of Nazarick, ini adalah mainan anak-anak.

Ainz mengerti bagaimana perasaan Narberal, dan tersenyum pahit di dalam helm-nya.

"Kamu benar Narberal, kemampuan mereka dengan busur, mungkin tak terlalu menakjubkan. Tapi, sepuluh hari yang lalu, mereka bahkan tak bisa menggunakan busur sedikit pun.

Mereka hanya pasif, berharap pasangan, anak-anak, dan orang tua mereka tak tewas di tragedi yang lainnya. Tapi, mereka dengan aktif mengangkat senjata dan mempertahankan diri, kapan pun dibutuhkan.

Bukankah teknik yang mereka pelajari dengan keberanian itu, layak untuk dipuji?"

‘Apanya yang layak dipuji, apakah kebencian yang mendorong penduduk, hingga seperti ini?’

"Maafkan aku, aku tak berpikir sedalam itu..."

"Tak apa-apa, tak perlu terlalu memikirkannya, Narberal. Lagipula, teknik mereka tak layak untuk mendapatkan pujian."

Ainz melihat anak panah yang terbang menembus langit, dan menusuk orang-orangan sawah. Dan, sebuah pemikiran muncul di otaknya.

‘Seberapa kuat mereka nanti jadinya? Seberapa kuat aku nanti?’

Di Yggdrasil, Ainz telah mencapai level teratas, level 100.

Experience Point-nya berada di 90% dari batas, ketika dia datang ke dunia ini. Ini hanyalah sebuah hipotesis. Tapi karena kemampuannya yang lain masih melekat, sistem level di dunia seharusnya juga sama.

Masalahnya adalah, apakah dia bisa mendapatkan sisa 10% dari exp itu nanti, dan mencapai level 101.

Mempertimbangkan pertanyaan ini, Ainz bisa menebak jawabannya.

Dia tak bisa menjadi lebih kuat lagi. Dia telah berada di puncak kekuatan.

Ainz memang kuat, tapi dia tak akan bisa menjadi lebih kuat lagi. Tapi, para penduduk itu lemah. Dan mungkin, mereka akan menjadi kuat dan tak ada batasnya.

Jika orang-orang di dunia ini tak memiliki batas apapun dalam pertumbuhan, mereka bisa melebihi level 100, level puncak di Yggdrasil.

Jika itu terjadi, Ainz dan bawahannya di Great Tomb of Nazarick tak akan mampu menyamai mereka.

Tapi, ini akan benar-benar…

"Ini mungkin akan terjadi..."

Ainz berpikir, mungkin saja Six Gods Slane Theocracy adalah para player.

Dia tak tahu, mengapa waktu dari kemunculan mereka, sangat jauh terpisah darinya. Tapi, jika Six Gods adalah dari ras heteromorfik yang tak memiliki rentang hidup. Atau, jika mereka memiliki kelas tertentu dengan dengan jangka hidup tertentu… ada kemungkinan yang tinggi, jika mereka masih hidup.

Jika Six Gods masih bersembunyi di Slane Theocracy. Maka, selama 600 tahun terakhir ini mungkin saja ada dari mereka, yang telah menggunakan kekuatan dari Six Gods untuk meningkatkan kekuatan (memperoleh exp lebih cepat dari biasanya, melalui bantuan dari para player kuat).

Maka, tak aneh, jika seseorang yang memiliki level lebih dari 100, yang akan muncul.

Maka, alasan mengapa Slane Theocracy tak menguasai dunia ini adalah, karena keberadaan dari level yang mirip. Atau mungkin saja, level 100 bukan hal yang hebat di sini.

Ketika dia memikirkan hal itu, perut Ainz yang memang tak ada, mulai kram.

Jika Six Gods adalah player, dia harus mencoba sebisa mungkin untuk berada pada ‘sisi baik’ mereka. meskipun, informasi yang ia kumpulkan, belum sempurna. Tapi, menurut Sunlight Scripture yang masih selamat, Knight dari Empire yang menyerang desa, sebenarnya adalah Pasukan Theocracy.

Yang artinya, jika menyelamatkan desa ini sama dengan melawan Theocracy.

"Mungkin adalah kesalahan, saat menyelamatkan mereka..."

Lagipula, dia harus mengumpulkan informasi lebih banyak lagi.

Sementara Ainz sedang sibuk memikirkan hal itu, dia melihat seorang pemuda yang berlari menuju dirinya. Mata yang biasanya ditutupi oleh rambut, menjadi terlihat… saat rambutnya bergoyang terkenang angin.

Dia menatap lurus kepada Ainz.

Melihat sikap Nfirea, Ainz mendapatkan firasat buruk. Itu adalah wajah panik yang sama, yang pernah dia lihat pada kepala desa.

"Kenapa terburu-buru? Apakah ada keadaan darurat? Desa ini benar-benar..."

Nfirea semakin mendekat kepada Ainz, yang sedang bergumam.

Nfirea terengah-engah. Dan dahinya basah oleh keringat, menyebabkan rambutnya terpisah.

Menunjukkan ekspresinya yang serius, saat melihat Ainz dan Narberal.

Dia kelihatannya ragu-ragu sesaat, tak yakin bagaimana memulainya. Akhirnya, dia menguatkan diri dan bertanya kepada Ainz:

"Momon-san, apakah kamu adalah Tuan Ainz Ooal Gown?"

Pertanyaan yang tiba-tiba ini, membuat Ainz melongo. Jawaban yang sebenarnya, seharusnya adalah tidak. Tapi, dia tidak bisa mengatakan hal itu?

Itu adalah nama yang ia dan temannya ciptakan. Meskipun sekarang itu adalah namanya, apakah dia bisa benar-benar menolaknya?

Keragu-raguan yang muncul adalah bukti terbaik, dan Nfirea meneruskan.

"Jadi benar kamu, Tuan Gown. Terima kasih telah menyelamatkan desa ini dan Enri."

Ainz menjawab dan membungkuk pada Nfirea,

"Tidak... Aku..."

Mendengar ucapan yang dapat diperah keluar oleh Ainz, Nfirea mengangguk mengerti.

"Aku mengerti, kamu sedang menyembunyikan identitasmu karena alasan tertentu. tapi, aku masih ingin berterima kasih, karena kamu telah menyelamatkan desa ini... tidak, karena telah menyelamatkan Enri. Terima kasih, karena telah menyelamatkan gadis yang aku sukai."

Dia merasa seperti paman tua, berpikir jika ‘suka’ adalah kalimat yang hanya digunakan oleh para pemuda. Untuk sesaat, dia bisa teringat masa lalu…. sambil memikirkan yang lain, hal yang lebih penting yang lain.

"Ah... cukup... angkat kepalamu."

Ini artinya Momon mengakui jika dia adalah Ainz Ooal Gown. Yang artinya, dia tak memiliki penjelasan yang bisa digunakan untuk mengelak dari Nfirea.

Ini adalah kekalahan Ainz.

"Ya, Tuan Gown. Dan juga, sebenarnya.... aku telah menyembunyikan sesuatu darimu."

"...Ikuti aku! Nabel, tetaplah di sini."

Setelah memberikan perintah kepada Narberal, Ainz membawa Nfirea ke suatu tempat yang agak jauh. Ini untuk menghindari Narberal mendengarkan hal-hal aneh, dan membuatnya tidak tenang.

Setelah mendapatkan jarak yang jauh, Ainz berputar dan menghadap pemuda itu.

"Sebenarnya…"

Nfirea menelan ludah gugup, lalu membuat wajah bertekad.

"Tuan Gown, potion yang kamu berikan kepada wanita di kedai itu, tak mungkin bisa dibuat dengan menggunakan metode biasa di dunia ini. Dan itu merupakan potion yang sangat langka.

Aku ingin tahu, orang macam apa yang memiliki potion seperti itu dan bagaimana cara pembuatannya. Itulah kenapa aku memintamu atas pekerjaan ini. Aku minta maaf."

"Oh, jadi begitu."

Itu adalah kesalahan.

Ainz memberikan sebuah potion kepada Enri di desa ini. Dan dia memberikan potion yang sama kepada seseorang di E-Rantel. Itulah bagaimana identitasnya bisa terbongkar.

Bukan hanya itu…

‘...Aku seharusnya mendapatkan potion itu kembali. Jika saja, aku bisa meminta nama dari adventurer wanita itu... Tapi, tak ada gunanya, menangisi susu yang sudah tumpah.

Ainz berpikir, jika memberi wanita itu potion, adalah cara terbaik saat dulu di E-Rantel.

Wanita itu bilang 'Dengan Armor yang mewah itu, kamu pasti punya beberapa potion, kan?'. Dia mungkin tak bermaksud menekan. Tapi, ucapan itu benar-benar membatasi tindakan yang bisa diambil Ainz.


Post a Comment for "Overlord Vol 2 Chapter 3 Part 2.1"