Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 8 Chapter 1 Part 1.1


OL_V07C01P01

1. Invitation to Death - Undangan Kematian
Part 1.1

 

Ibukota Baharuth Empire, Arwintar.

Itu terletak sedikit ke barat, dari pusat kekaisaran. Istana kekaisaran, rumah dari raja yang sedang berkuasa dengan julukan Blood Emperor, Jircniv Rune Farlord el Nix… berdiri di pusat kota.

Yang mengelilingi istana adalah berbagai universitas, akademi sihir, berbagai kantor administratif, dan fasilitas-fasilitas yang penting lainnya tersebar dari pusat ibukota, dengan gaya melingkar.

Benar-benar kota yang layak, disebut sebagai jantung kekaisaran.

Meskipun memiliki penduduk yang lebih sedikit dari Re-Estize, ibukota dari Kingdom Re-Estize… Imperial Capital lebih megah.

Bukan hanya ini, karena bertahun-tahun perbaikan, Empire saat ini sedang mengalami gelombang perkembangan terbesar, yang pernah ada di dalam sejarah. Hal-hal baru terus diperkenalkan kepada penduduk, yang meningkatkan peluang bagi para pedagang untuk menjelajahi pasar-pasar baru.

Arus barang-barang dan talenta-talenta yang konstan, terlihat di Imperial Capital. Bagi para penduduk yang hidup di dalam ibukota, itu adalah waktu bagi harapan dan peluang, yang sebenarnya.

Di dalam kota yang berisik dan sibuk, Ainz berjalan dengan Narberal di sampingnya.

Di dalam keadaan yang berbeda, Ainz mungkin ingin menghabiskan beberapa saat untuk menjelajahi kota. Seperti seorang dari desa yang datang ke kota metropolis, untuk pertama kalinya.

Lagipula, ada banyak hal yang berbeda antara Empire dan Kingdom.

Tapi, Ainz tak bisa bersantai dengan berjalan-jalan sekarang ini.

Gerakannya mulai merefleksikan pemikirannya. Perlahan, itu menjadi semakin lama semakin tak menentuk.

Perasaan yang menyelimutinya dari dalam, bisa dijelaskan dengan sebuah kalimat… Tidak nyaman.

Semakin Ainz memikirkan tujuan dibalik kunjungannya ke Empire, yang sudah direncanakan oleh Demiurge. Dia semakin mengerutkan dahi, meskipun wajahnya adalah ilusi.

Bagi Ainz Ooal Gown, penguasa absolut dari Great Tomb of Nazarick, kalimat ‘bertahan’, seharusnya tak ada dalam kamus pribadinya. Seharusnya tak perlu menekan emosinya.

Kalimat Ainz seharusnya ‘absolut’, di mana putih akan menjadi hitam, jika dia menyatakannya demikian. Tak ada alasan untuk berlaku sebaliknya.

Tapi situasi saat ini masih berakhir seperti ini. karena, Ainz tak dapat menemukan alasan yang valid untuk menyangkal penawaran Demiurge.

Tujuan seluruhnya adalah… menunjukkan kekuatan Nazarick. Sangat mudah memahami rencana Demiurge, dan hasilnya juga bisa terlihat langsung.

Di lain pihak, apa yang tak disenangi oleh Ainz adalah, perasaan dia seperti akan melempar lumpur, ke arah hal-hal yang telah dibangun dengan hati-hati oleh teman-teman lamanya.

Tapi, menolak rencana yang sudah dibuat dengan hati-hati, hanya karena emosi pribadinya, adalah hal yang memalukan. Dan juga, Ainz tak ingin orang lain berpikir, jika dia kurang murah hati untuk menerima penawaran yang dibuat oleh individu lainnya.

Untuk menolak rencana saat ini, tanpa memberikan alternatif apapun adalah hal yang terasa tak bisa diterima Ainz, yang bukan sebagai penguasa tertinggi, tapi sebagai anggota dari masyarakat biasa.

Ainz mengulangi hal-hal yang ia pikirkan sebelumnya, sekali lagi, agar bisa menenangkan diri. Dia perlu mendinginkan kepalanya.

Di antara logika dan emosi, memilih logika seharusnya adalah pilihan yang benar. Meskipun apa yang didorong oleh emosinya, suatu ketika akan memperoleh hasil yang luar biasa. Kebanyakan, itu hanyalah orang yang tidak rasional. Bukan hanya itu...

"...Hanya saja sekarang, sudah terlalu terlambat untuk mundur! Kaaa!"

Ainz menghirup dan mengeluarkan nafas dalam-dalam, menggunakan paru-parunya yang tak ada. Dan tak menunjukkan perhatian terhadap para penjaga kota dan penduduk di sana, yang mengeluarkan tatapan aneh ke arahnya, saat dia berjalan melewati mereka.

Karena Ainz yang memang tinggi dan figur yang membuat takjub, dia sudah menjadi pusat perhatian. Ini menjadi semakin parah, setelah dia dianggap sebagai pahlawan.

Tak menarik perhatian apapun, akan menjadi aneh.

Karena itu, Ainz sudah terbiasa mengabaikan tatapan semua orang. Bahkan, dia lebih bisa melakukannya, setelah dia mengendarai Hamusuke.

Setelah mengambil nafas berkali-kali, Ainz akhirnya mampu mengurangi perasaan tak nyamannya, hingga minimum. Saat itulah, dia menyadari besarnya usaha yang harus dilakukan oleh bawahannya, Narberal… untuk bisa tetap mengikutinya.

"Maaf, mungkin aku telah berjalan sedikit terlalu cepat."

Kecepatan langkah yang dibutuhkan untuk bisa menutupi jumlah jarak yang sama antara langkah kaki seorang pria yang mengenakan armor full body seperti Ainz, dan jubah yang dipakai Narberal… sama sekali berbeda.

Tak sulit bagi Narberal untuk bisa mengikutinya, karena kemampuan fisik yang ia miliki. Tapi sebagai seorang pria, masih perlu meminta maaf, karena sudah tak perhatian dengan kecepatan jalan Narberal.

"Tidak, aku tak protes sedikitpun."

"Begitukah..."

Ainz tak tahu, apakah balasannya adalah balasan yang biasa diberikan oleh para pelayan kepada tuan mereka. atau, apakah Narberal memang benar-benar tidak keberatan.

Sambil mengurangi kecepatan langkahnya, Ainz mencari sebuah topik untuk didiskusikan.

Ainz entah bagaimana merasa malu, dengan suasana yang tak dapat didekati, yang memancar sejak beberapa saat yang lalu. Oleh karena itu, dalam usaha meningkatkan suasana yang canggung, Ainz mencoba berusaha untuk memikirkan sebuah topik untuk didiskusikan.

Tapi, tak ada yang keluar di otaknya.

Ainz terpikirkan awal percakapan sia-sia, yang sering digunakan oleh orang pemasaran. Seperti, bicara tentang cuaca. Bicara tentang olahraga juga adalah pilihan yang baik. Tapi, seseorang harus mencari tahu, tim mana yang didukung oleh lawan bicaranya lebih dulu.

Mempertimbangkan apakah memulai percakapan semacam ini atau tidak, Ainz mulai bergumam di hatinya yang dalam.

‘Mengapa aku harus perhatian dengan seseorang seperti Narberal, yang hanya bawahan? Yah, karena sudah seperti ini, mungkin aku sebaiknya menggunakan kesempatan ini, untuk mempraktekkan dialog antara tuan dan pelayan.

Meskipun begitu, harus cocok dengan status seorang penguasa. Apa yang dibicarakan oleh orang dengan status sebagai penguasa kepada bawahan mereka?’

Memikirkan kembali percakapan setiap harinya yang ada di dalam perusahaan lama Ainz, suatu hal seperti itu seharusnya tak apa-apa, kan?

Ainz adalah penguasa tertinggi dari Great Tomb of Nazarick, bukan semacam eksekutif senior dari sebuah perusahaan. Jika sebuah perbandingan harus dibuat, dia akan lebih tepat seperti seorang presiden perusahaan, atau CEO.

‘Tidak, masih sedikit berbeda dari seorang presiden.... Ngomong-ngomong, percakapan macam apa yang dilakukan oleh raja dan Gazef Stronoff? Akan berguna sebagai referensi.’

Meskipun begitu, mereka sudah sampai di sini. Jika mereka terus seperti ini, suasana hati di antara mereka akan berakhir terlalu berat, untuk ditahan oleh Ainz. Akhirnya, dia berusaha memaksa membuka mulutnya.

"...Narberal... bagaimana menurutmu dengan suara ini?"

Ainz menunjuk kepada kotak suaranya, atau lebih tepatnya, menunjuk ke arah tempat di mana pita suara seharusnya berada.

Ainz menekan area di mana seharusnya tenggorokannya berada, dengan sarung tangan miliknya. Dia hanya merasakan sensasi logam dari sarung tangannya. Tapi, ada semacam perasaan elastis. Itu memberikan kesan luar biasa, seakan tenggorokannya benar-benar ada.


Post a Comment for "Overlord Vol 8 Chapter 1 Part 1.1"