Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 6 Chapter 2 Part 1.2



OL_V06C02P01

2. Attack Preparation - Persiapan Penyerangan
Part 1.2
 

Gazef protes dengan nada bercanda. Tapi, Brain membuat pembelaan sejujurnya.

"Gazef, kamu adalah seorang Warrior Captain, yang bertanggung jawab melindungi keluarga kerajaan. Tolong jangan melawannya, jika kamu pernah bertemu dengannya. Nyawamu sangat berharga."

"Aku berterima kasih atas nasehatnya. Tapi, jika monster yang disebut Shalltear itu mencoba menyerang sang raja, aku harus mengulur waktu. Meskipun, itu harus dibayar dengan nyawaku."

Bahkan, mengulur waktu akan mustahil, jika monster itu setidaknya memutuskan untuk bermain-main dengan Gazef. Tapi, jika itu adalah Gazef...

Dia merasa, Gazef pasti akan bisa melakukannya. Meskipun hanya untuk beberapa detik.

"Shalltear. Shalltear Bloodfallen ya."

Gazef mengangguk berat, setelah bertanya tentang deskripsinya, sekali lagi

"Baiklah, setelah kita berdua agak membaik dari mabuk ini, maukah kamu mengatakan kepadaku sekali lagi? Kelihatannya akan bijak, jika bisa mengumpulkan informasi itu, sebanyak mungkin."

"Meskipun kamu sudah mengumpulkan informasi. Aku tidak yakin, jika ada yang bisa dikerjakan tentang hal itu."

"Jika sebuah badai datang. Setidaknya, kita bisa bersiap menghadapinya. Ditambah lagi, siapa yang tahu, jika orang yang lebih bijak lainnya, memiliki ide bagus."

"Itu akan menjadi jawaban terbaik."

"Aku memiliki beberapa kenalan, yang merupakan adventurer dengan peringkat adamantium. Mungkin, mereka bisa memberikan beberapa ide... Jadi Brain, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Brain mengerutkan dahi, dengan pertanyaan itu. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Tatapannya pelan-pelan berkelana ke arah Katana miliknya, yang tergeletak di meja kecil.

Itu adalah penyesalan yang masih melekat.

Itu adalah penyesalan yang masih melekat. Tak perduli seberapa keras ia mencoba untuk mmulai sekarang, dia tak akan pernah bisa mengalahkan monster itu. Impian menjadi yang terkuat, sudah pecah berantakan. Hidupnya sudah habis. Dia tak bisa hidup dengan kepala menghadap awan lagi.

Itu adalah mimpi yang liar, dari seorang anak kecil…

"Apa yang harus aku lakukan... Mungkin, aku akan kembali bertani."

Pada awalnya, dia adalah seorang petani. Dia hanya bisa samar-samar mengingatnya. Tapi, dia teringat dasar-dasar bercocok tanam dari sudut kepalanya. Semua hal selain kemampuan berpedang...

Secara halus, dia hidup dengan satu tujuan.

"Itu... kedengarannya tidak buruk... tapi, apakah kamu mau mempertimbangkan untuk melayani Kingdom, bersamaku?"

Itu bukan penawaran yang buruk. Dia tak akan pernah bisa menang, saat melawan seorang monster seperti Shalltear. Tapi sebagai seorang manusia, dia menganggap dirinya berada di antara yang lebih kuat. Tapi...

"Aku benar-benar tak terbiasa bekerja sebagai tim. Aku juga tak seberapa bagus dalam hal menundukkan diri."

"Apa kamu kira, aku banyak melakukan itu?"

"Ah, maafkan aku. Aku tak bermaksud menyimpulkan, jika kamu melakukannya. Hanya saja, aku membayangkan seluruh orang yang bekerja di istana seperti itu... Gazef, idemu tidak buruk juga. Bertarung untuk orang lain...

Ah! Ngomong-ngomong, aku ketemu bocah bernama Climb."

"Climb? Apakah yang kamu maksud adalah, bocah dengan suara serak?"

Ketika Brain mengiyakan suara Gazef yang naik, karena terkejut.

"Kamu bertemu Climb? Dia adalah bodyguard sang putri. Jadi aku tidak mengira, dia akan meninggalkan sisi sang putri sejauh itu..."

"Aku melihatnya, ketika dia sedang berlatih di kota."

"Berlatih di dalam kota... Dia sangat tidak berbakat. Jadi, tidak mungkin baginya untuk menjadi lebih kuat dari sekarang. Apa yang tersisa darinya adalah, memperkuat fisiknya. Apakah latihan semacam itu? Jika tidak, maka aku harus memberinya sedikit nasehat."

"Hmmmm, dengan pedang... dia memang tak berbakat. Tapi dalam sisi lain, dia lebih kuat dariku."

Gazef membuat ekspresi, agar Brain berhenti bercanda.

Tentu saja, perbedaan antara Brain dan Climb adalah mutlak, dan bakat mereka tak bisa dibandingkan. Tapi, di depan orang yang sejatinya kuat, Brain menyadari... itu seperti membandingkan seberapa cepat siput bisa salin balapan.

Di atas semuanya, memiliki hati untuk bisa berdiri melawan nafsu membunuh dari orang seerti Sebas, patut dipuji tinggi-tinggi.

‘Aku yang hancur, pasti akan lari. Tapi jika itu adalah Climb, dia tak akan pernah berlari, dengan orang yang seharusnya ia lindungi. Seseorang sepertinya… mungkin cukup bagus, untuk bisa memotong ujung dari jari kelingking monster itu.’

Gazef mengeluarkan wajah penasaran. Tapi, Brain tetap terdiam. Malahan, dia menceritakan serangan ke salah satu rumah b*rdil yang dijalankan oleh Eight Fingers.

"Begitukah... dengan Climb."

"Jika kamu mengira hal-hal yang tak mengenakkan akan terjadi padamu, tak apa-apa untuk menendangku keluar. Setelah aku pikir-pikir lagi, akan jadi masalah padamu, jika seseorang yang menghajar dunia bawah tanah… keluar masuk rumahmu."

"Tidak, itu apa-apa sama sekali. Malahan, aku mempersilahkannya dengan menyambut hai. Mereka adalah sampah yang mengotori Kingdom. Aku senang berdiri di depanmu, dan menghancurkan tempat itu, jika mungkin."

"Apakah Eight Finger segitu merusaknya, kepada Kingdom?"

"Sangat menjijikkan... Mereka mengendalikan sebagian besar dunia bawah tanah. Dengan uang yang mereka peroleh, mereka membeli para bangsawan dan mengeksploitasi rakyat biasa.

Meskipun kami mencoba menghancurkan mereka, para bangsawan yang mereka beli, selalu ikut campur. Jika kami ingin menyerang, mereka harus dipukul secara spontan, seperti yang kamu lakukan, Brain.

Meskipun begitu, mereka memiliki lebih banyak kekuatan daripada bangsawan rata-rata. Jadi, jika kami gagal, dampak-nya akan sangat besar."

"Antara pukulan palu dan landasan tempa."

"Ya. Akan bagus menangani mereka dengan beberapa serangan, seperti yang kamu lakukan. Sayangnya, tidak semudah itu."

"Bagaimana jika menggunakan otoritas keluarga kerajaan?"

"Itu tidak mungkin, karena fraksi bangsawan yang menolak. Masalahnya adalah, mereka sudah membeli orang-orang dari kedua Fraksi."

Suasana berat menyelimuti mereka berdua, saat mereka minum dan makan tanpa bicara.


Post a Comment for "Overlord Vol 6 Chapter 2 Part 1.2"