Overlord Vol 6 Chapter 2 Part 1.1
OL_V06C02P01
2. Attack Preparation - Persiapan Penyerangan
Part 1.1
Lower Fire Moon (9th Moon), Hari ke 3, 18:27
Brain tetap di sana, hingga para penjaga yang dipanggil oleh
Climb tiba. Ketika dia mulai menuju ke rumah Gazef kembali, matahari sudah terbenam
dan perutnya sudah melilit lapar.
‘...Jika aku membuat Stronoff kelaparan, aku akan merasa
tak enak.’
Dia mendorong pintu itu, seakan rumahnya sendiri. Tapi, itu hanya karena dia telah memperoleh izin dari Gazef, untuk melakukannya.
Saat dia mulai berjalan menuju kamar yang dipinjamkan Gazef,
Brain mendengar suara langkah kaki, yang menuju ke arahnya. Dia kira, itu
mungkin Gazef. Dan dia memastikannya, ketika langkah kaki itu terdengar dari
tangga.
"Kamu terlambat, Unglaus. Pergi kemana saja dirimu?"
Tak ada tanda-tanda mengkritik dalam suaranya. Melihat Brain
yang tak membalas dan termenung, mata Gazef semakin penasaran.
"Jika kamu baik-baik saja. Apakah kamu ingin
menceritakannya, sambil makan?"
Itu adalah pemandangan yang menyejukkan, bagi mata yang
sudah lelah. Brain membalas dengan mengelus-elus perutnya.
"Kedengarannya, itu adalah ide yang menakjubkan. Jadi,
aku harus kemana?"
Dengan sedikit ekspresi terkejut, Gazef menunjukkannya ke
ruang makan.
"Apakah para pelayan memasakkannya untukmu? Ataukah
kamu masak sendiri?"
Gazef tersenyum pahit, dengan pertanyaan kosong itu.
"Tidak, aku sangat buruk dalam hal masak memasak."
Dia melanjutkan, dengan sedikit rasa penasaran.
"Mungkin, para pelayan yang semakin menua. Karena,
masakannya selalu agak kurang berasa. Setelah seharian kerja, kamu ingin
menikmati sesuatu yang kuat. Tapi, para pelayan itu kelihatannya tidak terlalu
mengerti."
"Warrior Captain terkuat dari Kingdom, dipaksa makan
masakan yang kurang berasa bumbu masakannya?"
Brain tersenyum, saat dia menggoda Gazef. Tapi, Gazef
membalas dengan tekanan seperti biasanya.
"Unglaus, aku ingin sekali memberimu makanan sehat,
yang kurang terasa bumbunya dari rumahku. Tapi, kita harus memakan makanan yang
aku bawa dari luar."
"Jika memang begitu, aku harus berterima kasih kepadamu,
karena sudah sangat pengertian."
Melihat senyum Brain, Gazef tertawa lepas sedikit. Tapi,
serangan baliknya dilakukan.
"Tapi bagaimana denganmu, apakah kamu bisa memasak?"
Serangan bantahan Gazef kelihatannya luput dan menebas udara
tipis.
"Hanya yang tidak susah-susah dan hanya yang sederhana.
Akan jadi masalah besar, jika kamu tak bisa memasak, ketika perjalanan untuk
latihan atau ekspedisi."
Mengangguk perlahan, Gazef membawa keranjang kecil, yang ada
di pojokan ruang makan. Keranjang itu cukup besar untuk bisa memuat seorang
bayi. Dan sebuah aroma yang menstimulasi hidung dan perut, terhembus ke udara.
Dua orang itu duduk, saling menghadap.
Setelah mengeluarkan beberapa makanan dari dalam keranjang,
mereka memenuhi gelas-gelas itu dengan wine, dan mengangkatnya untuk saling
bersulang. Tak ada alasan khusus mereka bersulang, dan meneguk habis wine dalam
keheningan.
Brain mengambil dua teguk besar, sebelum menurunkan
gelasnya.
Dia mengeluarkan helaan nafas dalam-dalam, dan bergumam
dengan hati yang gemetar.
"...Sudah lama sekali, aku tidak minum."
"Sama juga denganku. Aku tak pernah makan di rumah,
akhir-akhir ini."
"...Tugas istana pasti sulit."
"Sejak aku menjadi Warrior Captain. Kelihatannya,
selalu ada sesuatu."
"Mempertahankan keluarga kerajaan juga?"
"Itu juga. Kenyataannya, itu adalah tugas utama."
Setelah mendengarkan cerita Gazef, Brain bisa merasakan
betapa teguhnya Gazef itu. Dia tak bisa sembarangan melenceng untuk jalan-jalan
dari waktu ke waktu. tapi, dia terus bergerak maju dalam garis lurus.
'Seseorang seperti ini, pasti dibenci oleh para bangsawan.'
Seakan asumsi Brain benar, cerita Gazef hampir tak
mengandung penyebutan bangsawan manapun. Meskipun berada pada posisi tinggi,
seperti Warrior Captain… kebanyakan ceritanya, tentang kehidupannya sebagai
seorang prajurit atau tentang keluarga kerajaan.
Ada juga cerita tentang pesta dansa yang megah.
Perubahan terjadi di negara-negara tetangga seperti Empire. Tapi
di dalam Kingdom, berdiri sebuah dinding perbedaan status yang besar, antara
bangsawan dan orang biasa.
Bagi Brain, seluruh situasi ini menggelikan.
Dia mencurahkan seluruh waktunya untuk berlatih, agar bisa
mengalahkan Gazef. Dan dia mengharapkan sebuah pertarungan hingga mati, ketika pertemuan
selanjutnya.
Sekarang, mereka duduk minum bersama sebagai teman.
Seakan pemikirannya terbaca, Gazef juga tersenyum.
Gelas-gelas mereka berbenturan sekali lagi. Tapi merasa
sedikit mabuk, mereka bertatapan terlalu keras, dan beberapa wine tercecer di
meja.
"Cobalah untuk tidak mencecerkannya ke dalam
makanan."
"Mungkin akan terasa lebih enak, dengan wine di atas makanan
itu."
"Aku tak seberapa tahu dengan rasanya... Unglaus,
mungkin kamu juga sama?"
"Brain, panggil saja aku Brain."
"Baiklah, kalau begitu, aku adalah Gazef."
"Ok, Gazef."
Mereka tertawa, dan membenturkan gelas-gelas mereka sekali
lagi.
Cerita Gazef terpecah, dan ada banyak hal yang Brain tak
ketahui. Saat suasana semakin memanas, Gazef bertanya tanpa malu.
"Jadi Brain, apa yang sebenarnya terjadi, dengan
seseorang sekaliber dirimu?"
Seakan membuka luka lama, Gazef menjahitnya dengan
hati-hati. Pengukuran Gazef kepada reaksi Brain, bukan berdasarkan apakah ia
bicara jujur atau tidak. Tapi, itu benar-benar kekhawatiran asli.
"Trima kasih."
Melihat Gazef yang banyak berkedip, saat menerima terima
kasih dari entah di mana… Brain juga merasa sedikit enakan. Dia mengambil momen
sesaat itu untuk mempersiapkan dirinya, sebelum bicara.
"...Aku bertemu seorang monster."
"Seorang monster? Macam apa?"
"Mungkin seorang vampir... Namanya, Shalltear
Bloodfallen. Serangan yang aku ciptakan… untuk mengalahkanmu, dipentalkan…
hanya dengan jari kelingkingnya."
Dia bisa melihat jika mata Gazef yang semakin lebar.
"...Begitukah."
Gazef mengambil seteguk wine. Brain juga melakukan hal yang
sama, dan mengingat pertarungan… Bukan, pembantaian yang terjadi di waktu itu.
Tentu saja, dia tak menyebutkan tentang kegiatannya sebagai
bandit.
Sepertinya, Gazef mungkin sudah mengira, bagaimanaa Brain
hidup. Tapi, dia tak memiliki keberanian untuk mengatakan kepada Gazef, jika
dia adalah seorang pria, yang akan melakukan apapun untuk memperoleh kekuatan
yang lebih kuat.
"Apakah kamu percaya padaku?"
"...Dunia itu besar dan luas. Tidak aneh, bahkan jika
ada seorang monster seperti itu ada. Seperti dalam sejarah, ada makhluk seperti
Demon God dan Dragon Lord pula. Tapi, seorang monster seperti itu... itu sudah
di atas kemampuanku."
"Ya. Aku tidak tahu, seberapa kuat dirimu sekarang. Jadi,
aku tak ingin bicara tanpa bertanggung jawab. Tapi aku akan bilang, mustahil
bagimu untuk bisa menang melawannya. Kita hanya akan bertahan, 1 atau 2 detik
paling lama."
"Hey, tolong katakan itu tidak mungkin."
Post a Comment for "Overlord Vol 6 Chapter 2 Part 1.1"
komentar dong