Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 5 Chapter 1 Part 2.2



OL_V05C01P02

1. A Boy's Feeling - Perasaan Anak Muda
Part 2.2

 

Low Fire Moon (9th Moon), Hari ke 3, 4:15

 

Terletak di area yang terdalam di ibukota Re-Estize Kingdom, ada istana Ro-Lente. Dinding-dindingnya mengelilingi tanah yang luas, terbentang berukuran 1.400 meter… dengan cincin pelindung yang terdiri dari menara pengawas berbentuk silinder yang besar, dengan jumlah dua belas.

Ruangan itu terletak di dalam salah satu dari dua belas menara ini.

Dengan seluruh lampu yang padam, seseorang berbaring di atas tempat tidur di ruangan itu. Dia berada di ‘usia rapuh’, perbatasan antara seorang bocah dan seorang pria dewasa.

Rambutnya yang pirang, dipotong pendek. Dan kulitnya yang kecoklatan, menunjukkan kulit sehat.

Climb.

Tanpa nama belakang, dia adalah satu-satunya yang diberikan izin, untuk berdiri pada jarak yang terdekat dengan seorang gadis yang disebut sebagai 'Golden Princess'. Seorang prajurit yang mengundang kecemburuan dari banyak orang.

Dia terbangun, bahkan sebelum matahari terbit.

Saat dia sadar dari dunia kegelapan, otaknya langsung menjadi tajam, dan fungsi tubuhnya hampir seluruhnya kembali.

Tidur dengan baik dan bangun dengan cepat, adalah salah satu hal yang sangat dibanggakan oleh Climb.

Mata Sanpaku miliknya terbuka lebar. Itu menunjukkan semangat seperti baja, yang tertanam di dalamnya.

[TL: Mata Sanpaku adalah mata di mana terlihat mata putihnya di atas dan bawah dari selaput pelangi atau iris.]

Climb menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya ke samping, dan berdiri. Meskipun ini adalah musim panas, dinding-dinding batu mengelilinginya. Artinya, jika malam tetap masih dingin.

Dia menggosok matanya, dan melihat jarinya yang basah.

"...Mimpi itu lagi."

Climb menggunakan lengan bajunya, untuk mengusap air mata dari wajahnya.

Sebuah ingatan dari saat dia masih anak-anak, hujan deras dua hari lalu, pasti yang membuatnya teringat itu.

Air mata itu bukanlah air mata kesedihan.

Berapa kali dalam hidupnya, seseorang akan bertemu dengan orang lain yang layak untuk dihormati? Seseorang yang rela, kamu berikan nyawa untuk melayaninya... berapa banyak itu?

Gadis yang Climb temui di hari itu, adalah orang seperti itu.

Ini adalah air mata kegembiraan, air mata bersyukur kepada keajaiban yang diciptakan dari pertemuan mereka.

Climb berdiri, wajahnya menunjukkan determinasi yang kuat, dan energi masa muda yang cocok dengan usianya.

Suaranya yang kasar karena latihan yang berlebihan, mengucapkan sebuah kata.

"Light."

Lampu yang menempel di atap, merespon kata kunci itu. dan lampu itu menyinari bagian dalam ruangan dengan cahaya putih. Sebuah magic item yang diberi mantra dengan [Continual Light].

Meskipun itu banyak digunakan, alasan mengapa dia diberi item yang mahal seperti itu, bukan karena posisinya yang spesial.

Meskipun itu hanya lampu, membakar sesuatu di dalam menara yang terbuat dari batu, dengan sirkulasi udara yang buruk… itu adalah hal yang tak aman. Itulah kenapa, hampir setiap ruangan diberi sumber lampu sihir. Meskipun, biaya pengembangan awalnya yang besar.

Lantai dan dinding-dinding disinari oleh cahaya yang terbuat dari batu.

Sebuah karpet tipis terbentang digunakan untuk usaha yang sia-sia dalam menutupi hawa dingin, permukaannya keras. Selain itu, yang menghiasi kamar itu;

Tempat tidur kayu yang jelek, lemari yang sedikit lebih besar untuk mengakomodasi senjata-senjata dan armor, sebuah meja dengan laci-lacinya, dan bantal tipis tergeletak di kursi kayu.

Orang luar yang melihati ini, mungkin akan berpikir ini tak mengesankan. Tapi, bagi mereka yang berada di tingkat yang sama dengan Climb. Itu adalah perlakukan yang sangat membikin iri.

Prajurit tak mendapatkan kamar pribadi. Mereka ditempatkan ke dalam ruangan besar, dengan tempat tidur susun. Tak termasuk tempat tidur sendiri-sendiri, perabot yang diberikan kepada para prajurit, adalah lemari kayu dengan sebuah kunci, untuk menempatkan barang-barang pribadi mereka.

Dan juga, di sudut ruangan itu, ada armor full plate berwarna putih.

Armor tanpa noda sedikit pun itu memiliki kilauan, yang membuatnya seakan bersinar. Tak ada prajurit infanteri yang mendapatkan equipment seperti itu.

Perlakuan spesial ini, bukanlah hal yang didapatkan oleh Climb dengan kekuatannya sendiri. Tapi, itu sebagai isyarat hutang budi dari tuannya, yang ia beri sumpah setia. Oleh karena itu, tak mungkin hal itu tidak mengundang kecemburuan dari yang lainnya.

Dia membuka lemari dan berganti, sambil menatap cermin yang menempel di dalamnya.

Setelah berganti dengan pakaian yang lusuh dan berbau logam. Dia lalu memakai chain armor di atas seluruh pakaiannya. Biasanya, ini adalah di mana dia memakai armor full plate miliknya. Tapi, dia lebih memilih rompi dengan banyak saku, dan menyelesaikannya dengan celana panjang.

Di tangannya terdapat tongkat kayu yang dibungkus handuk.

Terakhir, dia melihat dirinya di cermin, memeriksa apakah ada yang terlewat, dan memastikan perlengkapannya rapi.

Kesalahan apapun di tubuh Climb, bisa menjadi potensi yang melukai tuannya, 'Golden Princess' Renner.

Itulah kenapa dia harus selalu waspada. Alasan hidupnya, bukan untuk menyebabkan tuannya terluka. Tapi, untuk mengabdikan seluruh milik Climb kepadanya.

Climb menutup matanya di depan cermin, dan memikirkan wajah tuan-nya.

Golden Princess - Renner Theiere Chardelon Ryle Vaiself.

Seperti seorang dewi, pikiran yang baik hati dan bercahaya cocok dengan darah bangsawannya. Dan kebijaksanaannya, yang telah menghasilkan berbagai macam keputusan.

Dalam kalimat yang paling benar, seorang bangsawan di antara para bangsawan, wanita terhebat.

Memiliki kemilau emas, tak ada yang boleh menodai permata yang sempurna seperti itu.

Jika seseorang membandingkannya dengan sebuah cincin, Renner mirip dengan potongan berlian yang besar dan mengkilap.

Lalu, Climb itu apa?

Dia adalah tatakan permata, di mana perhiasan itu akan diletakkan. Bahkan sekarang, nilainya berkurang karena dirinya sendiri. Dia tak bisa membiarkan semakin bertambah buruk.

Climb tak bisa menghentikan dadanya yang semakin hangat, ketika memikirkan tuannya.

Bahkan, seorang yang mengaku beriman penuh, akan sangat tertekan. Karena, tak bisa mengalahkan bersinar-nya Climb yang sekarang.

Setelah menatap dirinya sendiri di cermin untuk beberapa saat, Climb yang telah bertekad untuk tidak menjadi rintangan bagi tuannya. Dia menganggukkan kepala puas, dan melangkah ke luar ruangan.


Post a Comment for "Overlord Vol 5 Chapter 1 Part 2.2"