Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 5 Chapter 1 Part 2.1



OL_V05C01P02

1. A Boy's Feeling - Perasaan Anak Muda
Part 2.1

 

Hujan sedang turun, diikuti dengan suara berdengung, yang membuat telinganya berisik.

Kingdom tak membangun jalanannya, dengan perhatian tertentu pada sistem drainase-nya. Terutama, jika itu adalah lorong kecil. Hasilnya adalah seluruh jalanan, bisa berubah menjadi danau yang besar.

Hujan yang turun di permukaan danau terpercik kemana-mana, angin yang membawa aroma air, dan memercikkannya ke udara. Itu adalah sebuah bagian dari alasan, mengapa seluruh kerajaan memancarkan suasana tenggelam di bawah permukaan air.

Di dalam dunia yang berwarna abu-abu, karena dari semprotan air itu ada seorang bocah.

Dia hidup di rumah yang diabaikan. Tidak, bahkan menyebutnya hidup terlalu berlebihan. Pilar-pilar rumah itu terbuat dari kayu, yang hanya setebal lengan pria dewasa. Kain buruk menggantikan atapnya, dan satu-satunya dinding adalah kain buruk yang menutupi sisi-sisinya.

Di dalam hunian yang tak ada bedanya dengan tidur di ruang terbuka, ada seorang bocah dengan usia sekitar enam tahun. Seperti sampah yang dibuang sembarangan, tubuhnya melingkar seperti bola dan berbaring di atas kain tipis.

Kayu yang bertindak sebagai pilar, kain kumal itu bertindak sebagai atap dan dinding. Mereka terlihat seperti markas rahasia, yang dibangun oleh anak-anak.

Rumah ini tak berbeda dari luar, manfaat satu-satunya adalah sebagai tempat bertedut dari hujan. Turunnya suhu yang tajam dari hujan yang tak ada hentinya, menyelimuti bocah itu dengan kedinginan, yang membuat badannya gemetar tak karuan.

Kehangatan nafasnya memastikan, jika keberadaannya telah dirampok oleh suhu itu dan hilang di udara.

Sebelum bocah itu lari ke dalam rumah itu, hujan telah membasahi bocah itu, dan dia sekarang kehilangan panas di tubuhnya dengan cepat.

Tak mungkin bisa menghentikan gemetar badannya.

Hawa dingin yeng menyusup ke dalam tubuhnya, menenangkan lecet-lecet di tubuhnya, karena pukulan. Mungkin hanya ini kegembiraan kecil, dan satu-satunya dalam keadaan yang terburuk ini.

Bocah itu berbaring ke samping, dan menatap lorong yang kosong.

Suara satu-satunya yang bisa ia dengar adalah hujan dan nafasnya sendiri. Keheningan inilah, yang membuatnya seakan-akan hanya ia yang ada di dunia itu.

Meskipun dia masih muda, bocah itu mungkin akan mati.

Dia belum mencapai usia yang paham penuh akan kematian. Oleh karena itu, dia tak terlalu takut. Dia juga tak merasa, apakah ada yang layak yang bisa ia pertahankan dalam hidup. Satu-satunya alasan dia bertahan hidup sekarang. Karena dia tak senang dengan luka, hampir seperti peralihan.

Meskipun sangat dingin, jika dia bisa mati, tanpa kesakitan seperti ini. Maka, kematian tidaklah begitu buruk.

Saat tubuhnya yang basah kuyup, semakin mati rasa. Kesadarannya mulai hilang.

Dia seharusnya mencari tempat, yang bisa melindunginya dari angin yang sedang bertiup. Tapi, dia diserobot oleh sekelompok berandalan. Dan tempatnya saat ini adalah tempat terbaik, yang bisa ia dapatkan dengan tubuh yang babak belur.

Dia memiliki kegembiraan kecil. Lalu, apakah yang lainnya adalah kemalangan?

Mulutnya belum menyentuh makanan selama dua hari. Tapi, hal seperti itu adalah hal yang biasa. Jadi, bukanlah kemalangan. Otang tuanya sudah pergi. Jadi, dia tinggal sendirian tanpa ada yang merawatnya.

Tapi, memang sudah seperti itu sejak lama. Jadi, itu bukanlah kemalangan. Bau yang tak mengenakkan di sekelilingnya, juga bukan kemalangan. Lagipula, itu berasal dari kain kumal. Jadi, mau bagaimana lagi.

Kehidupan yang tak jauh dari dirinya, dipenuhi dengan makanan busuk dan air buruk, juga bukanlah kemalangan. Karena, hanya itu yang ia tahu.

Lalu, rumah kosong di mana dia bisa mendapatkan kenyamanan rumah, dibangun dengan kerja keras, yang kini telah dirusak oleh seseorang karena bercanda. Badannya yang babak belur dan terasa sakit, karena pukulan dari para pemabuk.

Apakah itu semua adalah kemalangan?

Tidak.

Kemalangan bocah itu sangat besar, sehingga dia tak bisa memilih yang mana.

Bahkan, itu juga telah berakhir.

Kemalangan yang diabaikan oleh bocah itu akan berakhir di sini.

Kematian datang kepada yang beruntung atau tidak.

Memang benar. Kematian adalah absolut.

Dia menutup matanya.

Bagi tubuhnya yang sudah tak bisa lagi merasakan dingin, bahkan untuk tetap membuka mata, adalah usaha yang berat.

Dia bisa mendengar suara kecil dan samar dari detak jantungnya sendiri di kegelapan.

Di dunia, di mana hanya suara yang bisa terdengar adalah hujan dan detak jantungnya sendiri.

Sebuah suara aneh bercampur di situ.

Suara itu, seperti menghalangi hujan. Di dalam kesadaran yang semakin meredup, rasa penasaran seorang bocah, mendorongnya untuk mengalirkan kekuatan pada kelopak matanya.

Di dalam penglihatannya yang tipis seperti benang, ada sebuah pantulan.

Bocah itu membuka matanya lebar-lebar.

‘Cantik sekali.’

Untuk sesaat, dia dak mengerti, apa yang ia lihat.

'Seperti sebuah permata, sebuah gumpalan emas'.

Ekspresi semacam itu memang cocok. Tapi, seseorang yang memenuhi rasa laparnya dengan separuh makanan basi dari tong sampah, tak bisa terpikirkan kalimat seperti itu.

Benar sekali.

Hanya ada satu pemikiran yang mengalir di otaknya.

Matahari.

Obyek yang paling indah di dunia ini. Dan di waktu yang sama, itu yang paling jauh dari yang bisa ia jangkau.

Dunia yang berwarna abu-abu karena hujan, awan hujan yang gelap yang menutupi langit. Mungkin, mereka lah yang harus bertanggung jawab. Matahari yang pergi, karena tak ada siapa pun di sana yang melihatnya… dan matahari kembali, muncul di depan matanya.

Begitulah yang muncul di pikirannya.

Sebuah tangan terulur dan mengusap wajahnya. Dan…

Sampai sekarang, bocah itu bukanlah seorang manusia.

Tak ada yang pernah melihatnya demikian.

Tapi di hari itu, dia menjadi manusia…

***


Post a Comment for "Overlord Vol 5 Chapter 1 Part 2.1"