Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Overlord Vol 3 Chapter 1 Part 2.2


OL_V03C01P02

1. Herd of Predators - Gerombolan Pemangsa
Part 2.2

 

Zach hampir menabrak, dan dia menoleh ke arah figur yang tadi mundur.

Di depannya, ada seorang wanita yang memiliki wajah proporsional. Jubah hitam yang ia pakai, membuatnya bisa membaur dengan bayangan. Tapi, mata ungunya yang cerah, sedang menatap Zach dengan rasa ingin tahu yang besar.

Karena kelelahan, Zach kehilangan kesabarannya dan menyalak.

"Seharusnya, itu adalah aku! Itu tadi bahaya sekali! Matamu ditaruh di mana!"

Wanita itu kelihatannya tak takut akan ancamannya, dan menunjukkan senyum dingin.

Senyum itu membuat Zach ingin mundur. Dan dia tak bisa mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengeluarkan pisau dibalik bajunya.

Dia seperti seekor tikus yang sedang ditatap oleh seekor singa.

Suara gesekan logam yang dia dengar, ketika wanita itu mundur, mungkin berasal dari armor-nya.

Wanita yang memakai armor, mungkin dia adalah seorang petualang.

‘...Target yang salah untuk diajak berkelahi.’

Kesadaran Zach memberikan sinyal bahaya kepadanya, dan dia menyadari situasinya sekarang.

Dia tak akan meremehkan wanita itu, hanya karena pemikiran naif, jika wanita adalah jenis yang lebih lemah. Dia dijadikan pesuruh, karena dia lemah.

Wajahnya basah kuyup, karena berlari. Zach sekarang menyesal, telah mengeluarkan nada mengancam. Dan keringatnya pelan-pelan berubah menjadi keringat yang lain.

Saat wajah Zach menunjukkan ketakutan yang jelas, senyum wanita itu tiba-tiba berubah menjadi kurang menakutkan.

"Hmmm... sudahlah. Lagipula, aku tak memiliki banyak waktu. Tapi, jika aku melihatmu lagi, bersiaplah untuk menikmati sedikit ketidak-nyamanan...!"

Wanita itu berkomentar dengan santa,i dan melewatinya. Zach menjadi tertarik dengan arah dari yang diambil oleh wanita itu. Tapi, itu hanya bagian dari bawah kota yang tak ditinggali oleh siapa pun.

‘Ini sudah sangat larut. Jadi, mengapa seorang wanita cantik sepertinya, menuju ke arah daerah kumuh?’

Meskipun dia penasaran, dia memiliki urusan yang lebih penting untuk diselesaikan.

Dia mulai lari lagi.

Setelah beberapa saat, dia sampai pada bagian lain dari bawah kota, yang dipenuhi dengan rumah-rumah kumuh yang banyak jumlahnya. Dia melihat-lihat sekeliling sebentar untuk memeriksa, apakah dia sedang diikuti.

Matahari pelan-pelan semakin tenggelam dibalik horizon, dan dunia pelan-pelan diselimuti dengan kegelapan.

Zach mencoba untuk memeriksa kedua kali, jika ada yang mengikutinya dibalik sudut kegelapan. Dia mengulangi hal yang sama berkali-kali. Tapi, dia ingin memeriksanya lagi untuk yang terakhir kali, hanya untuk amannya saja.

Mengangguk puas, Zach mencoba untuk bernafas sebentar, sambil mengetuk pintu tiga kali. Lima kali kemudian, dia mengetuk lagi empat kali.

Setelah memberikan ketukan rahasia, sebuah reaksi langsung bisa dirasakan di sisi lain dari pintu, yang terdengar seperti papan kayu yang bergeser dari pintu.

Papan kayu itu menghalangi lubang intip di sisi lain. Dan sebuah mata seseorang bisa terlihat sedang mengamati sekeliling, untuk memastikan identitas dari yang masuk.

"Ah, itu kamu. Tunggu sebentar."

Dia tak menunggu balasan Zach, dan menutup lubang intipnya lagi. Suara dari gembok besar yang dibuka bisa didengar. Dan selanjutnya, pintu itu dibuka sedikit.

"Masuklah."

Ruangan itu mengeluarkan sedikit bau busuk. Itu adalah dunia yang berbeda dibandingkan dengan hotel yang baru saja ia masuki. Zach berharap hidungnya akan terbiasa dengan bau ini segera. Dan cepat-cepat, dia masuk ke dalam ruangan.

Pintu itu ditutup, dan Zach melihat ruangan di dalam ruangan itu gelap dan kecil.

Tempat ini adalah ruang makan dengan dapurnya. Tapi, hanya ada satu meja. Di atas meja berdiri sebuah lilin yang menerangi kamar itu, sedikit redup.

Seorang pria kotor yang memberikan udara dari seseorang yang hidupnya terbiasa dengan kekerasan dan kebrutalan, menarik kursi dari meja dan duduk. Kursi itu berderit, seakan berteriak.

Pria itu memiliki tubuh kuat dan dada lebar. Bekas luka ringan bisa terlihat di wajah dan lengan pria itu. Kursi itu terlihat seperti mau roboh, karena berat badannya.

"Jadi, Zach, ada apa? Ada sesuatu yang terjadi?"

"Situasinya berubah... mangsa akan segera bergerak."

"Ah... jadi, mereka akan pergi sekarang."

Zach mengangguk sedikit. Pria itu protes dengan suara lirih.

"Mengapa mereka memilih waktu-waktu seperti ini...? Apakah mereka tak perhatian kepada kita?"

Di waktu yang sama mengangkat tangannya, dan menggaruk rambutnya yang berantakan.

"Apakah tak ada cara untuk menundar mereka sebentar?"

"Tidak semudah itu, karena ini diminta oleh gadis itu."

Pria itu telah mendengarnya beberapa kali, tentang bagaimana gadis itu. Dan dengan berlebihan, dia mengerutkan wajahnya.

"Pria tua itu seharusnya menggunakan sedikit otaknya, dan mencoba untuk membujuk gadis itu untuk tidak pergi malam ini. Berkendara di malam hari itu menakutkan dan mungkin saja ada bandit. Sialan, Aku tidak tahan ini...

Bahkan orang idiot pun tahu. Ah… bagaimana kalau mensabotase roda keretanya, untuk menunda mereka hingga besok?"

"Aku rasa, aku tak bisa... mereka sudah beriap memindahkan barang-barang ke dalam kereta. Mungkin sebaiknya, kita selesaikan secepatnya?"

"hmm, itu tak salah..."

"Pria itu melihat ke atas, sambil berpikir dalam-dalam."

"Jadi, kapan mereka akan berangkat?"

"Sekitar dua jam lagi."

"Waktunya sangat ketat. Hmmm... apa yang harus dilakukan. Jika kita hanya memiliki waktu dua jam untuk bersiap. Zach diam mendengarkan rencananya dan menundukkan kepalanya, untuk melihat tangannya.”

"Orang kaya seperti mereka membuatmu gusar, kan...?"

Zach teringat akan tangannya yang sempurna dan murni.

Mereka yang bekerja di ladang, tak akan pernah bisa memiliki tangan secantik itu. Dari memegang cangkul dan seluruh pekerjaan bertani yang berat yang mereka lakukan. Setiap tangan orang-orang itu sangat kasar dan kotor, hingga ke kuku mereka.

Dia tahu jika dunia ini tak adil. Tapi...

Zach melingkarkan sudut mulutnya, menunjukkan gigi-giginya, dan memberikan seringai nakal dan bejat.

"Aku akan dapat giliran untuk bermain dengannya... kan?"

"Hanya setelah aku selesai dengannya. Kita juga harus meminta tebusan. Jadi, jangan terlalu kasar dan keterlaluan saat menyakitinya."

Pria itu juga mengeluarkan senyum bejat. Mungkin karena terstimulasi oleh nafsunya, dia berdiri.

"Baiklah, sudah diputuskan. Biar aku hubungi pemimpin."

"Dimengerti."

"Kita akan mengirimkan sekitar sepuluh orang untuk menyergapnya. Jika kamu terlambat entah bagaimana, kami akan menyerang langsung. Cobalah untuk menenangkan mereka, agar membuat mereka lengah."


Post a Comment for "Overlord Vol 3 Chapter 1 Part 2.2"