Overlord Vol 3 Chapter 1 Part 1.2
OL_V03C01P01
1. Herd of Predators - Gerombolan Pemangsa
Part 1.2
Sebas sangat yakin. Dengan ekspresi tegas dan kokoh, dia
menambahkan jawaban yang pendek:
"Jadi, kita tak punya pilihan lain."
"Tapi..."
Mata Zach melihat sekeliling, seakan mencoba mencari alasan. Tapi, dia tak mampu menemukan alasan apapun, dan kerutan muncul di wajahnya.
"Tentu saja, kita masih punya waktu, sebelum kita
pergi. Aku membutuhkan sedikit waktu untuk merapikan dan mengangkut semua barang
nona ke kereta. Kamu boleh melakukan apapun sesukamu saat itu, dan
menyelesaikan apapun yang kamu perlukan."
Sebas tak melewatkan tatapan bahaya dari mata pria yang hina
itu. Seakan, dia masih mencoba mencari alasan lain untuk memperlambat kepergian
itu lebih jauh. Tapi, Sebas pura-pura tak menyadari maksud jahat Zach, dan
membuat ekspresi wajah yang tidak berbeda.
Dia juga ingin menyembunyikan kenyataan, jika Zach telah
jatuh ke dalam perangkapnya.
"Jadi, kapan kita akan berangkat?"
"Tentang itu, seharusnya sekitar dua atau tiga jam lagi.
Jika kita pergi lebih lambat dari itu, jalanan akan benar-benar gelap. Jadi,
tiga jam adalah batasnya."
Mata pria itu sekali lagi menunjukkan tampilan yang
terhitung menjijikkan. Dan Sebas sekali lagi mencoba sebisa mungkin pura-pura
tak menyadari itu. Zach lalu menjilat bibirnya beberapa kali, sebelum berbicara.
"Heheh. Kalau begitu, tak ada masalah."
"Baiklah, bisakah kamu langsung mulai membuat persiapan,
untuk kepergian kita?"
Sebas melihat Zach yang mundur dan pergi. Dia lalu
melambaikan tangan, seakan ingin menghapus udara yang tidak enak di sekitarnya.
Dia merasa, seakan sesuatu yang menjijikkan menempel kepadanya.
Tanpa menampilkan ekspresi yang jelas di wajahnya, Sebas
menekan keinginannya untuk menghela nafas.
Sejujurnya, Sebas tak bisa menyukai sama sekali karakter
yang datar dan vulgar, seperti Zach.
Demiurge, Shalltear, dan beberapa orang lainnya mungkin bisa
memperlakukan seseorang seperti dia, sebagai mainan untuk kesenangan mereka
sendiri. Tapi, Sebas bahkan tak ingin dekat dengan orang semacam itu.
Ada pandangan yang sama di dalam Great Tomb of Nazarick.
'Mereka yang tak termasuk anggota Nazarick adalah makhluk
rendahan.'
'Kecuali beberapa orang, manusia dan demi-human seharusnya
dihabisi, karena menjadi makhluk rendahan.'
Di lain pihak, Sebas memberikan pendapat yang sama dengan
penciptanya.
'Mereka yang tak bisa menyelamatkan yang lemah, tak
seharusnya menganggap dirinya kuat.'
Tapi setelah bertemu dengan manusia sehina Zach, dia mulai
berpikir, jika mungkin pandangan umum dari Nazarick tidaklah salah.
"Ahh, manusia seharusnya lebih mulia dari ini..."
Sebas mengangkat tangannya untuk mengusap janggutnya yang
dipangkas dengan rapi, untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak. Dan dia
memikirkan tentang bagaimana melanjutkan operasi mereka saat ini.
"Operasinya berjalan dengan mulus. Tapi mungkin,
seharusnya aku tetap mengawasinya untuk memastikan."
Sementara Sebas mempertimbangkan bagaimana melanjutkan arah
dari operasi ini, dia melihat seorang pria berjalan menuju dirinya.
"Sudah harus pergi pada jam seperti ini, pasti sulit
bagimu..."
Pria yang berbicara dengan Sebas, berusia sekitar 40 atau 50
tahun. Dia rutin bercukur dan rambut hitamnya diselingi dengan banyak rambut
putih, yang terlihat mencolok. Mungkin, karena usia tua dan kebiasaannya yang
sering makan makanan mewah, perutnya membesar.
Dia berpakaian dengan selera tinggi. pakaiannya sangat
mewah, cocok bagi seseorang dengan posisi yang tinggi.
"Bukankah kamu adalah Bardo-san?"
Sebas mengangguk pelan untuk menyapanya. Tapi, pria itu
cepat-cepat menghentikan isyarat itu.
"Ah, tak perlu seformal itu."
Namanya adalah Bardo Lovely, dan dia sangat dikenal sebagai
pedagang makanan, yang mengendalikan jumlah besar terhadap perdagangan makanan.
Bardo adalah seorang pedagang yang cukup memiliki pengaruh di kota ini.
Ketika jumlah tentara mencapai sepuluh ribu orang, logistik
yang melibatkan pengangkutan perlengkapan dan jatah makanan, memerlukan waktu
dan usaha yang besar.
Strategi Kingdom adalah menggerakkan tentaranya dengan
suplai yang minimum, dan menyediakan kebutuhan tentara di kota ini. Itu artinya,
kota ini tak seperti kota komersial lain. Kota-kota yang memiliki pedagang
makanan dan senjata, merupakan kota yang memiliki pengaruh dan otoritas yang
cukup besar.
Seseorang dengan otoritas seperti itu di dalam kota benteng
E-Rantel, seharusnya tak berbicara dengan Sebas, hanya karena mereka berdua
kebetulan makan di restoran yang sama. Pastinya, dia memiliki motif tertentu. Karena,
dia mencoba berbicara dengan Sebas.
Tapi, ini juga adalah salah satu tujuan Sebas.
"Sebas-san, pria itu tak baik."
"Begitukah?"
Sambil bicara dengan Bardo, Sebas merubah ekspresinya untuk
pertama kali, sejak semua kejadian itu dimulai. Dia menunjukkan senyum ramah,
karena dia sangat mengerti siapa pedagang yang ia ajak bicara.
"Pria itu terkenal karena tak bisa dipercaya dan tak
jujur. Aku tak mengerti, mengapa Sebas-san mempekerjakan pria seperti
dia."
Sebas cepat-cepat memikirkan alasan, untuk menjawab
pertanyaan itu.
Dia tak bisa mengatakan alasan sebenarnya kepada Bardo,
kenapa mereka mempekerjakan Zach. Jika Sebas bilang kepadanya, jika dia
mempekerjakan Zach karena dia tak tahu karakternya. Maka, penilaian Bardo
kepada dirinya akan rendah, dan cara dia mengambil keputusan akan
dipertanyakan.
‘Meskipun kami pastinya segera meninggalkan kota ini, aku
seharusnya menghindari kemungkinan Bardo merendahkan penilaiannya pada diriku.
Di masa depan, mungkin saja, ada kita bisa memanfaatkan dia.’
"Mungkin kamu benar. Tapi, tak ada orang yang
memperkenalkan diri dengan tak tahu malu, seperti dirinya. Meskipun karakternya
mungkin memiliki celah secara keseluruhan, nona sangat mengapresiasi
antusiasnya."
Bardo menunjukkan senyum pahit. Penilaian dirinya kepada
nona itu, mungkin akan direndahkan lagi beberapa tingkat.
Demi tujuan mereka, dia meminta gadis (nona) itu untuk
memainkan perannya. Jadi, mau bagaimana lagi. Sebas merasa agak bersalah,
karena gadis itu harus memainkan peran karakter semanja itu.
"Aku melangkahi diriku sendiri. Aku harap, kamu memaafkan
ucapanku. Mungkin sebaiknya, kamu menyampaikan saranku ini kepada nona-mu."
"Mungkin kamu memang benar. Tapi, mempertimbangkan
pertolongan dan dukungan dari ayah nona yang diberikan kepadaku. Aku tak bisa
melakukannya..."
"Memang, loyalitas juga sangat penting..."
Bardo menggumamkan sebuah kalimat. Tapi, kalimat berikutnya
tak jelas terdengar.
"Apakah kamu ingin aku merekomendasikan beberapa orang
yang bisa dipercaya?"
"Tidak perlu merepotkan, Bardo-san."
Meskipun nadanya lembut, dia dengan tegas menolak tawaran
itu. Mengetahui keinginan keras dibalik ucapannya itu, Bardo mencoba pendekatan
lain.
Post a Comment for "Overlord Vol 3 Chapter 1 Part 1.2"
komentar dong